KATA PENGANTAR
Puji dan
syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan limpahan-Nya penulis dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “Hukum Stefan Boltzman”. Laporan ini disusun sebagai
tugas yang diberikan oleh asisten mata kuliah "Fisika Modern".
Laporan ini disusun agar pembaca
dapat memperluas wawasan mengenai hukum stefan boltzman. Penulis
menyadari bahwa penulisan laporan ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis sangat berharap ketidaksempurnaan ini dapat
disempurnakan dengan memberikan masukan, saran, dan perbaikan
dari berbagai pihak guna lebih menyempurnakan penulisan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Palu, 11 Desember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
fisika, benda hitam (black body) adalah obyek yang menyerap seluruh radiasi
yang jatuh kepadanya. Tidak ada radiasi yang dapat keluar atau di pantulkannya.
Namun demikian, dalam fisika klasik, secara teori benda hitam haruslah juga memancarkan seluruh panjang
gelombang energy yang mungkin, karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat
diukur.
Telah
diketahui bahwa perpindahan kalor (panas)
dari Matahari ke Bumi melalui gelombang elektromagnetik terjadi secara radiasi (pancaran). Dalam
Materi ini akan dijelaskan intensitas radiasi benda hitam yang melibatkan:
Stefan dan Boltzman.
Eksperimen
yang dilakukan oleh Stefen dan Boltzman menggambarkan bahwa energi yang
dipancarkan oleh benda hitam itu akan sebanding dengan temperatur benda itu
sendiri. Temperatur ini sangat menentukan bagaiaman bentuk energi yang
dipancarkan kaitannya dengan panjang gelombang. Semakin tinggi temperatur maka
semakin banyak energi yang dipancarkan dalam panjang gelombang yang tampak seperti
merah, jingga dan lain-lain.
Pada
praktikum ini, kita akan mengukur bagaimana prilaku benda hitam yang memang
telah di teliti sebelumnya. Dan bagaimana energi yang dipancarkannya serta
kaitannya dengan temperatur benda hitam itu sendiri. Kita juga akan
membuktikan niai dari emivisitas benda hitam.
1.2
Tujuan Percobaan
1. Mengamati
pengaruh temperatur terhadap radiasi Stefan Boltzmann
2. Mengambar
grafik hubungan temperature dan radiasi
3. Menghitung
besarnya daya radiasi Stefan Boltzmann
1.3
Alat
dan Bahan
1. Termocopel
1 buah
2. Multimeter
2 buah, berfungsi sebagai :
·
Ohmmeter
·
Milivoltmeter
3. Kotak
radiasi termal dan lampu 1 set
4. Termometer
1 buah
5. Statif
dan klem 1 set
6. Mistar
30 cm
7. Kabel
penghubung 2 buah
8. Penghalang
1 buah
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
Benda bersuhu tinggi
senantiasa memancarkan radiasi. Radiasi adalah perpindahan energi yang terjadi
melalui suatu medium perantara bisa solid maupun liquid, bisa juga melalui
medium ruang hampa. Benda yang mudah menyerap radiasi akan mudah pula
memancarkan radiasi. Benda yang yang dapat menyerap seluruh radiasi yang
diterimanya dan memancarkan seluruh radiasi yang dikeluarkannya disebut sebagai
benda hitam. Benda hitam dimodelkan sebagai suatu rongga dengan celah bukaan
yang sangat kecil. Jika ada radiasi yang masuk ke dalam rongga melalui lubang,
radiasi tersebut akan dipantulkan berulang-ulang oleh dinding dalam rongga
hingga terserap (terabsorpsi) habis energinya. Dinding rongga terus menerus
mengabsorpsi radiasi dan memancarkannya sehingga sifat radiasi inilah yang
menarik.
Pengukuran
pertama kalor yang dipindahkan oleh radiasi antara suatu benda dengan
lingkungannya dilakukan oleh Tyndall. Berdasarkan percobaan ini diambil
kesimpulan oleh Stefan, dalam tahun 1879, bahwa kalor yang diradiasi berbanding
lurus dengan pangkat empat dari perbedaan temperatur mutlak. Hukum Stefan-Boltzman
pada tahun 1898 menyatakan bahwa “jika
suatu benda hitam memancarkan kalor maka intensitas pemancaran kalor tersebut
sebanding-laras dengan pangkat empat dari temperatur absolut”.
Tidak
ada radiasi yang terpantul memancar keluar lubang karena lubang yang sangat
kecil. Jadi rongga ini berkelakuan sebagai benda hitam karena dapat menyerap
seluruh radiasi yang diterimanya. Demikian pula jika rongga ini memancarkan
radiasi, tak ada radiasi yang kembali ke rongga, sehingga seluruh energinya
dipancarkan. Energi radiasi setiap detik per satuan luas disebut sebagai
intensitas radiasi dan diberi lambang I. Intensitas radiasi yang dipancarkan
oleh benda hitam menurut hukum Stefan-Boltzmann bergantung pada temperatur dan
dapat dinyatakan sebagai berikut :
dimana
, σ disebut konstanta Stefan-Boltzmann dan e adalah emisivitas, dimana nilai e
untuk benda hitam adalah 1. P adalah daya radiasi (watt) dan A adalah luas permukaan
benda (m2).
Pancaran
energi (kalor) merambat seperti gelombang elektromagnetik. Benda yang menyerap
kalor dengan baik juga merupakan pemancar kalor yang baik. Pada tahun 1859,
Gustav Kirchoff membuktikan suatu teorema yang sama pentingnya dengan teorema
rangkaian listrik tertutupnya. Ketika ia menunjukkan argumen berdasarkan pada
termodinamika bahwa setiap benda dalam keadaan kesetimbangan termal dengan
radiasi daya yang dipancarkan adalah sebanding dengan daya yang diserapnya.
Untuk benda hitam, teorema Kirchoff dinyatakan persamaan :
Dengan
J (f,T) adalah suatu fungsi universal (sama untuk semua benda) yang bergantung
hanya pada f frekuensi cahaya, dan T suhu mutlak benda. Persaman diatas
menunjukkan bahwa daya yang dipancarkan persatuan luas persatuan frekuensi oleh
suatu benda hitam bergantung hanya pada suhu dan frekuensi cahaya dan tidak
bergantung pada sifat fisika dan kimia yang menyusun benda hitam dan ini sesuai
dengan hasil pengamatan. Perkembangan selanjutnya untuk memahami karakter
universal dari radiasi benda hitam datang dari ahli fisika Austria, Josef
Stefan (1835-1893) pada tahun 1879. Ia mendapatkan secara eksperimen bahwa daya
total persatuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda
hitam panas, I total (intensitas radiasi total), adalah sebanding dengan
pangkat empat dari suhu mutlaknya. Karena itu, bentuk persamaan empiris hukum
Stefan ditulis sebagai :
Dengan
I total adalah intensitas (daya persatuan luas) radiasi pada permukaan benda
hitam pada semua frekuensi, Rf adalah intensitas radiasi persatuan frekuensi
yang dipancarkan oleh benda hitam, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah
tetapan Stefan-Boltzmann, yaitu = 5,67x
10-8 Wm-2 K-4.
Untuk
benda panas yang bukan benda hitam akan memenuhi hukum yang sama hanya diberi
tambahan koefisien emisivitas, e yang lebih kecil dari 1. Pada umumnya, semakin
kasar dan hitam benda tersebut, emisivitas meningkat mendekati 1. Absorptivitas
adalah kemampuan suatu benda atau ruang untuk menerima radiasi elektromagnetik.
Secara umum, benda yang berwarna hitam memiliki absorptivitas yang tinggi dan
sama seperti emisivitas. Jika ada suatu benda atau ruangan yang hitam pekat, benda
atau ruang tersebut memiliki absorptivitas 100%. Jadi benda atau ruang yang
hitam pekat menerima semua radiasi yang dipancarkan benda lain tanpa
memantulkannya, memanaskan dirinya sendiri, kemudian melepaskan semua energinya
bergantung temperaturnya sendiri. Lambang absorptivitas adalah α.
Menurut
hukum Stefan–Boltzmann, ia memancarkan pada tingkat. Tegangan yang dihasilkan
oleh sensor sebanding dengan radiasi mengenai detektor dikurangi dengan radiasi
yang meninggalkannya. Secara matematis, tegangan sensor sebanding dengan persamaan
Rnet = Rrad - Rdet = s (T4 -Tdet4). Selama anda
berhati-hati untuk melindungi sensor radiasi dari kubus radiasi saat
pengukuran, anda tidak akan menemukan Tdet yang nilainya sangat dekat dengan suhu
kamar (Trm) .
Setiap
benda secara kontinu memancarkan radiasi panas dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Bahkan sebuah kubus es memancarkan radiasi panas, sebagian
kecil dari radiasi panas ini ada dalam daerah cahaya tampak. Walaupun demikian,
kubus es ini tidak dapat dilihat dalam ruang gelap. Serupa dengan kubus es, badan
manusia pun memancarkan radiasi panas dalam daerah cahaya tampak, tetapi
intensitasnya tidak cukup kuat untuk dapat dilihat dalam ruang gelap. Untuk
gelombang-gelombang inframerah yang dipancarkan oleh radiasi panas badan dapat
dideteksi dalam gelap oleh kamera elektronik. Setiap benda memancarkan radiasi
panas, tetapi umumnya benda terlihat oleh kita karena benda itu memantulkan
cahaya yang datang padanya, dan bukan karena ia memancarkan radiasi panas.
Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya 1000 K.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya radiasi termal, yaitu :
a.
suhu benda;
b.
luas permukaan benda;
c.
sifat permukaan benda, dan
d.
jenis material.
Pengukuran
radiasi termal pada dasarnya merupakan pengukuran fluks energi radiasi. Deteksi
fluks-energi ini dapat dilaksanakan dengan melakukan pengukuran atas suhu
sebuah bilah logam tipis yang dikenakan radiasi. Bilah ini biasanya dikelamkan
supaya dapat menyerap sebagian besar daripada radiasi yang menimpanya; dan
dibuat setipis mungkin untuk menimumkan kapasitas kalornya, sehingga dengan demkian di dapatkanlah karakteristik transien
yang paling di kehendaki. Skema detektor radiasi termal bisa di tunjukkan pada
gambar di bawah ini. Suhu yang dicapai unsur itu bukan hanya merupakan fungsi
energi radiasi yang diserap, tetapi juga bergantung pada rugi konveksi ke
lingkungan, dan juga konduksi kedudukan. Rugi konveksi unsur itu dapat
dikurangi dengan mengurung detektor itu di dalam suatu sistem vakum yang diberi
jendela seperlunya untuk menyalurkan radiasi. Karakteristik
transmisi-inframerah beberapa bahan digunakan sebagai jendela diberikan pada
gambar dibawah ini.
Untuk mendeteksi suhu unsur
peka-radiasi yang dihitamkan itu, kita dapat menggunakan termokopel atau
termopil. Termopil lebih menguntungkan karena keluaran tegangannya tinggi.
Berbagai metode konduksi yang cerdik telah diciptakan orang untuk termokopil
itu; contoh komersialnya terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar termokopil
yang diperbesar itu menunjukkan bagaimana pasangan-sambungan yang dihitamkan
itu dikelilingi oleh gelang annulus yang terbuat dari mika yang berfungsi sebagai
isolasi listrik dan termal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian murni. Penelitian murni diarahkan pada pengujian teori dengan hanya sedikit atau bahkan tanpa menghubungkan hasilnya dengan kepentingan praktikum. Penelitian ini memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan dan pengujian teori- teori. Bertolak dari suatu teori, penelitian dasar diarahkan untuk mengetahui, menjelaskan dan memprediksi fenomena-fenomena alam dan sosial. Tujuan penelitian dasar adalah menambah pengetahuan kita dengan prinsip-prinsip dasar dan hukum-hukum ilmiah dan meningkatkan pencarian dan metodologi ilmiah.
Metodologi penelitian yang di gunakan adalah metode eksperimen. Metode ini di lakukan dengan melakukan pengujian/eksperiment terhadap obyek tertentu dalam praktek ini kaitanya dengan obyek yang di uji adalah pengaruh suhu terhadap radiasi suatu benda.
3.2 Tempat dan Waktu
Tempat : Lab. Elektronika Fisika FKIP UNTAD
Waktu : Rabu, 16 Desember 2015
3.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengatur
alat seperti gambar di bawah ini.
3. Menghubungkan
termokopel dengan multimeter yang berfungsi untuk mengukur besarnya radiasi
yang dipancarkan (milivoltmeter).
4. Menghubungkan
kotak radiasi termal dengan multimeter yang berfungsi sebagai ohmmeter untuk
mengukur hambatan lampu.
5. Mengukur
suhu ruangan dengan menggunakan termometer.
6. Menggantungkan
termometer tepat diatas kotak radiasi termal dimana ujung dari termometer
menyentuh penutup kotak radiasi termal.
7. Mengukur
suhu awal atau suhu ruangan sebagai Trm.
8. Mengukur
besarnya hambatan bola lampu yang terdapat pada kotak radiasi termal sebelum
dipanaskan dengan menggunakan ohmmeter.
9. Menyalakan
kotak radiasi termal dengan menghubungkannya ke sumber listrik besarnya
tegangan yang dipakai sebesar 20 V dengan memutar tombol power pada angka 5 V
pada power supply yang terdapat pada kotak radiasi termal.
10. Mencatat pembacaan voltmeter pada
termokopell tiap kenaikkan 40C dari suhu rungan sampai 5 kali
kenaikkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.2 Analisa Data
a.
Perhitungan Umum
b. Grafik
Hubungan Temperatur dan Radiasi
c. Perhitungan
Ralat
4.3.Pembahasan
Radiasi adalah Perpindahan energi
yang terjadi melalui suatu medium perantara bisa solid maupun liquid, bisa juga
melalui medium ruang hampa. Benda yang mudah menyerap radiasi akan mudah pula
memancarkan radiasi. Radiasi
termal adalah energi yang dipancarkan oleh sebuah benda atau permukaan karena
temperatur yang dimilikinya.
Temperatur merupakan besaran skalar yang dimiliki oleh semua
sistem termodinamika sehingga kesamaan suhu adalah syarat yang perlu dan cukup
untuk keseimbangan termal. Hukum Stefan-Boltzmann, yang
berbunyi “Jumlah energi yang
dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan waktu
akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya”.
Pada praktikum ini kita akan mengamati
pengaruh temperatur terhadap radiasi Stefan Boltzmann, menggambar grafik
hubungan temperatur dan radiasi serta menghitung besarnya daya radiasi Stefan
Boltzmann.
Dalam
percobaan ini digunakan alat dan bahan
yaitu termometer berfungsi untuk mengukur suhu dari kotak radiasi termal
dan suhu ruangan, multimeter
2 buah yang masing–masing
di gunakan sebagai ohm meter dan milivoltmeter, sensor radiasi di gunakan untuk mendeteksi panas dari kotak radiasi
termal, kotak radiasi termal di dalamnya terdapat sebuah lampu pijar yang di
gunakan sebagai sumber panas, statif dan klem di gunakan sebagai tempat meletakan kotak radiasi
termal dan mengantungkan thermometer tepat di atas kotak radiasi termal, kabel
penghubung di pakai
sebagai penghubung antara kotak radiasi termal dan milivoltmeter serta penahan
panas yang berfungsi
untuk menahan panas agar tidak terbaca oleh sensor panas pada saat proses
pemanasan.
Pada saat mengamati pengaruh temperatur terhadap radiasi, dimana dalam
melakuan pengamatan terhadap besarnya hambatan lampu setelah mengalami kenaikan
temperatur 40C dari suhu ruangan yang terbaca pada ohmmeter, dan
kenaikan temperatur terbaca pada termometer yang diletakkan diatas kotak
radiasi termal. Kotak radiasi termal dianggap sebagai
benda hitam dan diberi cahaya yang berasal dari lampu.
Temperatur
dari suatu sumber termal sangat berpengaruh terhadap besarnya energi radiasi
yang dipancarkannya. Sebagaimana dengan hukum Stefan-Boltzman yang menyatakan
bahwa radisi termal setara dengan pangkat empat dari temperatur sumber termal.
Dimana semakin tinggi temperatur, maka energi yang diradiasikan juga semakin besar.
Sementara untuk suatu benda yang memiliki temperatur lebih rendah dari
lingkungan, maka benda tersebut akan menyerap energi yang diradiasikan oleh
lingkungan.
Adapun grafik hubungan antara suhu dan daya radiasi berbentuk linier. Hal
ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa radiasi
sebanding dengan besar temperatur suatu benda, dimana semakin besar temperatur
suatu benda maka semakin panas benda tersebut. Sedangkan untuk hambatan lampu
semakin menurun ketika temperatur semakin tinggi. Hal ini sudah sesuai dengan
literatur bahwa semakin besar/tinggi tempertaur suatu benda maka hambatannya
semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, semakin kecil/rendah temperatur suatu
benda maka hambatannya semakin besar.
Berdasarkan hasil perhitungan ralat yang di lakukan di
peroleh hasil sebagai berikut besarnya Ktpm rata-rata yang diperoleh adalah
dengan nilai Ktpr rata-rata yaitu 14,78%.
Berdasarkan data tersebut
tingkat kesalahan dalam praktikum ini cukup besar salah satu penyebabnya ialah
kurang telitinya pengamat pada saat mengamati pergerakan suhu pada thermometer
dan nilai hambatan pada ohmmeter.
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan dapat di tarik beberapa kesimpulan di antaranya :
- Semakin tinggi suhu suatu benda maka radiasi yang di hasilkan besar pula, sebaliknya apabila suhu suatu benda rendah maka radiasi yang dihasilkan kecil/rendah. Hal ini menunjukan bahwa temperature sebanding dengan besarnya radiasi.
- Semakin tinggi suhu suatu benda maka hambatan dari benda tersebut kecil, sebaliknya apabila suhunya rendah maka hambatanya besar.
- Grafik hubungan suhu dan radiasi
4.
Berdasarkan
perhitungan yang telah di lakukan di peroleh nilai radiasi sebagai berikut :
5.2. Saran
Sebaiknya
dalam melakukan percobaan atau praktikum disesuaikan dengan materi perkuliahan,
karena fakta dalam lapangan lain materi yang disampaikan oleh dosen lain pula
yang dipraktekkan. Sehingga jangan heran mahasiswa kurang tau tentang materi yang
dipraktekkan.
Daftar Pustaka
Anonim. 2015. Pengukuran Radiasi Termal. http://blogspot.co.id/2015/10/pengukuran-radiasi-termal-dan-radiasi.html
(diakses pada 15 Desember 2015).
Tim Penyusun.
2014. Penuntun Praktikum Fisika Modern.
Lab, Fisika FKIP UNTAD: PALU
Universitas Tadulako
Tidak ada komentar:
Posting Komentar